Roadmap Internet Cepat Indonesia
Ringkasan Singkat
Internet cepat butuh tiga hal yang berjalan bersamaan: infrastruktur yang tepat (fiber, 5G/FWA, satelit), kebijakan yang pro-ekosistem (spektrum, perizinan, interkoneksi), dan adopsi pengguna (literasi, perangkat, konten lokal). Roadmap ini merangkum langkah praktis 12 bulan berikut indikator terukur.
Target Nasional (Kecepatan, Latensi, Cakupan)
- Kecepatan median rumah: ≥ 100 Mbps di kota, ≥ 30 Mbps di non-kota.
- Latensi: < 20 ms ke IXP nasional, < 80 ms ke konten regional.
- Cakupan: 95% populasi punya akses broadband ≥ 30 Mbps, harga ≤ 2% dari pendapatan bulanan median.
Pilar Infrastruktur (Backbone–Last Mile)
Backbone & Metro
- Perluas fiber backbone & ring redundan untuk ketahanan.
- Kota-kota utama: metro ethernet dengan kapasitas 100G siap-skala.
Last Mile
- FTTH di permukiman padat dan perumahan baru (wajib duct bersama).
- 5G/FWA untuk wilayah suburban; satelit orbit rendah untuk daerah sulit.
Kebijakan Spektrum, Izin, & Kompetisi
- Spektrum: lelang transparan, dukung spectrum sharing, dan refarming pita “emas”.
- Perizinan: sederhanakan right-of-way, standar micro-trenching, dan satu pintu untuk utilitas bersama.
- Kompetisi: dorong open-access di gedung/permukiman; larang eksklusif yang menghambat pilihan konsumen.
Interkoneksi, IXP, & Caching
Biaya dan latensi banyak terjadi di interkoneksi. Solusi:
- Perkuat IXP (Internet Exchange) di beberapa wilayah agar trafik lokal tetap lokal.
- Fasilitasi cache/edge penyedia konten besar di kota sekunder.
- Standar minimal kapasitas peering antar-operator untuk mencegah kongesti jam sibuk.
Kualitas Layanan & Perlindungan Konsumen
- Tetapkan QoS minimum (throughput jam sibuk, latensi, jitter, packet loss).
- Transparansi kecepatan: tampilkan “kecepatan jam sibuk tipikal”.
- Portal pengaduan terpadu + batas SLA kompensasi jika gangguan melebihi ambang.
Inklusi: Desa, Sekolah, & UMKM
- Program akses sekolah/puskesmas: FWA/FTTH prioritas + paket edukasi terjangkau.
- Literasi digital dan keamanan siber dasar untuk orang tua, guru, UMKM.
- Skema voucher UMKM untuk migrasi ke kasir/akuntansi berbasis cloud.
Pendanaan: USO, PPP, Insentif
- Optimalkan dana USO untuk daerah non-komersial (tower bersama, satelit).
- PPP: pemerintah bangun pasif (duct, tiang, lahan), operator sediakan aktif.
- Insentif fiskal untuk impor perangkat jaringan kritikal dan produksi lokal ONT/ONT Wi-Fi.
Timeline 12 Bulan & Tonggak
0–30 hari
- Bentuk task force lintas instansi + dasbor KPI publik.
- Inventarisasi peta serat, coverage 4G/5G, dan titik buta layanan.
31–90 hari
- Rilis regulasi duct bersama & standar micro-trenching.
- Kickoff pilot FTTH di 3 kota padat & FWA di 3 wilayah suburban.
- Perluas IXP regional + program edge caching.
91–180 hari
- Refarming pita prioritas + alokasi sementara trial sharing untuk FWA.
- Pasang 10.000 rumah FTTH set/bulan di kota pilot; aktifkan 500 site FWA.
- Implementasi QoS minimum & portal SLA kompensasi.
181–365 hari
- Skala nasional: tambah 6–8 kota FTTH & 10 wilayah FWA.
- Tarif paket entry 30 Mbps capai ambang keterjangkauan.
- Semua sekolah pilot terhubung ≥ 50 Mbps + pelatihan literasi digital.
KPI & Dasbor Publik
Indikator | Target 12 bulan |
---|---|
Median kecepatan (nasional) | ≥ 60 Mbps (mobile), ≥ 120 Mbps (fixed) |
Latensi ke IXP | < 20 ms (80% sampel jam sibuk) |
Rumah terjangkau 30 Mbps | ≥ 95% populasi |
Harga paket entry 30 Mbps | ≤ 2% pendapatan bulanan median |
Sekolah/puskesmas terhubung | +10.000 lokasi prioritas |
Risiko Utama & Mitigasi
Risiko
- Keterlambatan izin & right-of-way
- Kapasitas interkoneksi macet
- Kurang kompetitif di perumahan/gedung
- Biaya perangkat pengguna (CPE) tinggi
Mitigasi
- Satu pintu izin & SLA layanan izin
- IXP regional + kewajiban peering minimum
- Open-access gedung & larangan eksklusif
- Subsidi/insentif CPE & bundling operator
Inti: prioritaskan fiber di mana pun mungkin, padukan 5G/FWA untuk mempercepat cakupan, dan gunakan satelit untuk wilayah yang paling menantang—semuanya ditopang kebijakan interkoneksi & kualitas layanan yang tegas.
Tanya Jawab
Mana yang lebih prioritas: fiber atau 5G?
Fiber untuk kapasitas jangka panjang dan biaya per-Mbps paling efisien; 5G/FWA untuk percepatan cakupan saat demand sudah ada tapi penarikan serat memakan waktu.
Apakah satelit cukup untuk sekolah di daerah terpencil?
Cukup sebagai jembatan—targetkan migrasi ke fiber/FWA ketika tersedia. Optimalkan dengan caching konten pendidikan di sisi lokal.